
Film yang diangkat dari novel pemenang Honkaku Mystery Grand Prize tahun 2003 karya Otsu-ichi berjudul Goth ini juga pernah diadaptasi ke manga oleh Kendi Oiwa. Disutradarai oleh Gen Takahashi, film yang mengusung tema yg "gelap" ini cukup mampu membuatku terpukau. Just to clarify, I'm not into goth subculture. Nor fond of gore stuff, murder-crime / death-obsessed case. Tapi entah mungkin cara penggambaran film ini, yg tak bisa dibilang ringan sih, mungkin lebih ke "bersih" dan "rapi" dalam menggambarkan masing2 kasus pembunuhannya. Juga cara film ini mengangkat "ketertarikan" kedua tokoh utama film ini pada hal2 semacam itu. Kita seolah tidak diarahkan untuk menilai baik-buruk obsesi kedua tokoh utama (yg pasti bagi masyarakat pada umumnya dipandang aneh). Seiring waktu menonton film ini, kita seolah diajak untuk hanya mengikuti "petualangan" kedua tokoh utama, moral thought step aside first.
Film dibuka dengan ditemukannya mayat seorang wanita di sebuah taman di dekat suatu kompleks pemukiman kedua tokoh utama tinggal. Wanita itu mungkin tidak akan diketahui sudah mati, karena "pose"nya seolah2 sedang duduk biasa menikmati suasana taman. Kalau saja tangan kirinya mulai dari pergelangan tidak hilang.
Sebelumnya juga ada pembunuhan serupa, dengan korban yg tangan kirinya juga hilang. Korban keduanya sama2 perempuan muda cantik berambut panjang yang ceria. Mayat korban selalu seperti "dipajang" di suatu tempat, yang membuat korban seolah menjadi karya seni indah si pelaku pembunuhan. Polisi pun yakin kalau pelaku pembunuhan adalah orang yg sama.
Saat kasus pembunuhan kedua ditemukan publik, Morino Yoru (Takanashi Rin), siswi SMA cantik tapi penyendiri sedang berada di lokasi kejadian. Morino ternyata punya ketertarikan aneh pada hal2 yg berbau kematian, pembunuhan, dan kekejaman manusia. Ia lalu melihat teman sekelasnya Kamiyama Itsuki (Hongo Kanata) juga berada di lokasi kejadian yg sama dengannya. Pandangan mata Kamiyama saat melihat mayat korban, dengan tatapan kosong tanpa emosi, membuat Morino melihat kemungkinan Kamiyama juga memiliki "ketertarikan" yg sama seperti dirinya.
Biasanya Kamiyama terlihat ceria juga populer dan punya banyak teman. Tapi ternyata saat tidak ada satupun orang yg melihatnya, wajahnya berubah datar tanpa ekspresi. Kecurigaan Morino terbukti saat ia melihat Kamiyama di perpustakaan membaca buku tentang potret kasus2 kematian yg korbannya seolah terlihat tidur dg damai.
Morino pun menghampiri Kamiyama dan bertukar buku (semacam novel gothic pembunuhan sepertinya) dengannya. Lalu seolah seperti hal yg natural, sejak saat itu keduanya pun bersama-sama menganalisa kasus pembunuhan itu. Mulai dari berita2 di koran, di televisi, sampai datang langsung ke lokasi ditemukannya mayat kedua korban pembunuhan.
Alasan mereka berdua pun bukan untuk menemukan pelaku kemudian melaporkan pada polisi. Tapi murni untuk keingintahuan mereka belaka tentang kasus itu. Mereka seolah sedang mempelajari kasus itu seperti mempelajari karya seni pada normalnya.
Morino lalu sering mengajak Kamiyama ke cafe favoritnya. Morino menjelaskan hanya orang2 aneh yg datang kesana. Di tempat inilah biasanya mereka mendiskusikan tentang kasus pembunuhaan itu. Suatu ketika Morino menemukan sebuah buku catatan tergeletak di lantai cafe. Di dalamnya terdapat berbagai catatan yg menunjukkan bahwa itu adalah milik pelaku pembunuhan. Seperti diary pertemuan dg para korban, juga berbagai lokasi yg menurut pelaku "cocok" untuk dijadikan tempat "memamerkan karya"nya.
Siapa sebenarnya si pelaku? Lalu bagaimana reaksi Morino dan Kamiyama saat menemukan pelaku itu? Dan apa sebenarnya yang disembunyikan oleh Morino mengenai adik perempuannya?
Film ini menyuguhkan aspek yg tidak lazim dg dua tokoh utamanya justru tertarik pada "seni" pembunuhan itu sendiri. Untuk dikategorikan horor juga mungkin film ini tidak terlalu tepat ya, mengingat menurutku dg tema yg diusung jadi lebih seperti ke isu psikologis saja. Bagi yg suka hal2 gore gothic pasti suka dg film ini. Tapi walau bagi yg tidak suka pun sepertiku, juga bisa menikmati intrik psikologis yg ditawarkan.
Untuk para pemainnya, Hongo Kanata menurutku sudah bisa memerankan Kamiyama yg dual-face. Aku belum melihat Gantz sih, tapi jadi ingin membandingkan karakter Hongo disana dg di film ini. Karena menurutku Gantz juga mengusung tema "gelap" yg hampir mirip. Or you can say it's just another excuse of mine to see Nino and Matsuken kill aliens lol XD. Sementara melihat Takanashi Rin disini sungguh jauh beda waktu aku melihatnya sebagai Shinken Pink di Samurai Sentai Shinkenger. Disini Takanashi kelam gloomy banget. Kadang malah keliatan seperti setan didukung dg rambut panjangnya yg menjuntai. Hiii.
Kabarnya sih film ini akan diremake Hollywood. Mm, entah versi Hollywood ntar seperti apa. Aku tidak terlalu suka versi remake film2 horor asia sih. Karena pengalamanku, film2 horor asia yg ku anggap bagus di versi remakenya jadi biasa saja. Contoh: Ringu, Ju-On, The Eye, etc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar