Minggu, 16 Desember 2007

Perkembangan Game di Indonesia

Belakangan ini industri game berkembang sangat pesat sejak kemunculannya tahun 1960-an. Di Amerika saja bisnis ini meraup keuntungan hingga 34 miliar dolar per tahun. Lalu bagaimanakah perkembangannya di Indonesia ini?
Sebelum saya membahas hal itu, saya akan membahas sedikit mengenai perkembangan game di dunia:
  • Sebenarnya, industri game sudah mulai dirintis pada sekitar tahun 1950. Tidak terlalu populer. Hanya tersedia di tempat-tempat tertentu dan dimanfaatkan untuk kepentingan simulasi atau latihan militer.
  • Tahun 1966, muncul mesin game rumahan (konsol game) Magnafox Odyssey pada bulan Mei 1972. Berisi 16 game built-in yang dapat diganti-ganti dengan menggunakan sebuah switch. Terjual sampai 200.000 unit. Magnafox Odyssey tercatat sebagai konsol videogame pertama di dunia.
  • Tahun 1971, Pengusaha Nolan Bushnell, dikenal sebagai bapak game dunia, mendesain Computer Space, mesin game koin (arcade) pertama di dunia.
  • Tahun 1974, Nakamura Manufacturing (sekarang Namco) milik Masaya Nakamura memasuki pasar video game arcade. Tahun 1975, Bill Gates dan Paul Allen mendirikan Microsoft yang kelak menjadi pengembang software terbesar di dunia, dan pembuat home-videogame console.
  • Tahun 1976 Fairchild meluncurkan Channel F, disusul Atari yang merilis Atari VCS (Video Computer System)/Atari 2600 pada tahun 1977. Terjual sampai 25 juta unit, Atari 2600 tercatat sebagai konsol game populer pertama di dunia. Pada masa ini, game-game tidak lagi built-in, tapi sudah diprogram ke dalam mikrochip dan disimpan dalam cartridge plastik sehingga pemilik konsol dapat mengoleksi game dengan pilihan permainan yang lebih beragam.
  • Tahun 1978, Milton Bradley mengeluarkan handheld Microvision hasil desain Jay Smith. Perangkat game LCD yang disebut-sebut sebagai cikal bakal kelahiran konsol genggam ini merupakan kombinasi antara home console berbasis cartridge dan bentuk portabel.Tahun 1982, mantan eksekutif Apple, Trip Hawkins mendirikan perusahaan software game Electronic Arts (EA) yang kini dikenal dengan game berkualitas tinggi dan kemasan uniknya. Era ini juga merupakan masa kelahiran game-game klasik legendaris, seperti Pac-Man, Donkey Kongg (Nintendo), dan Space Invader.
  • Tahun 1984 konsol game mulai memasuki era 8-bit. Salah satu konsol 8-bit yang paling sukses adalah Famicom (Family Computer)/Nintendo Entertainment System (NES). Game-game legendarisnya adalah Super Mario Bros, Donkey Kong, Legend of Zelda, Metroid, serta game-game klasik lainnya.
  • 1989. Nintendo meluncurkan Gameboy, handheld hitam-putih yang masih populer hingga saat ini. Sega pun tak mau ketinggalan, dan merilis handheld berwarna yang diberi nama Sega Game Gear setahun kemudian. Pada masa ini pula, developer game Squaresoft (sekarang Square-Enix) merilis Final Fantasy, role-playing game (RPG) yang populer hingga saat ini. Game-game PC pun mulai diproduksi, rata-rata untuk platform DOS. Salah satunya adalah Tetris karya Alexey Pajitnov dari Akedemi Ilmu Komputer Moskwa, Rusia.
  • Tahun 1990, Sega menggelontorkan Sega Megadrive/Genesis.
  • 1991. Sega merilis game yang akhirnya menjadi maskot Sega, Sonic the Hedgehog. Game ini memiliki grafik dan tata suara yang kualitasnya jauh di atas Super Mario Bros.
  • Nintendo merilis Super Famicom/Super Nintendo Entertainment System (SNES) pada tahun 1991 beserta game Super Mario World, yang tentu saja memiliki fitur grafis dan suara yang jauh lebih baik dari pendahulunya. Nintendo juga membuat beberapa perjanjian dengan Sony.untuk proyek konsol Nintendo berbasis CD-ROM, tapi proyek ini batal dan Nintendo tidak jadi membuat konsol baru. Sebaliknya, Sony terus menjalankan proyek itu sendiri, dan akhirnya mengeluarkan konsolnya yang diberi nama PlayStation (nama berdasar pada kode saat melakukan perjanjian dengan Nintendo).
  • Panasonic mengeluarkan konsol game 3DO. Selain dapat memutar Audio CD dan VCD (dengan tambahan add-on), konsol ini memiliki prosesor 32-bit dan dapat menyajikan game dengan kualitas audio video setara film. Sayang, konsol ini terpuruk di bawah nama Sega dan Nintendo.
  • Akibat pemunculan game pertarungan Street Fighter dan Mortal Kombat, senat Amerika memberlakukan Entertainment Software Rating Board (ESRB) karena terjadi kekerasan akibat videogame. Sistem rating ini diberlakukan tahun 1994 hingga sekarang.
  • ony merilis Sony PlayStation (1995), diikuti dengan Nintendo 64 (1996). Sony memenangkan persaingan karena Nintendo memutuskan untuk tidak meng-upgrade ke CD-ROM dan tetap menggunakan cartridge. Tentu saja developer lebih melirik CD-ROM, karena biaya produksi lebih murah dan kapasitas penyimpanan lebih besar.
  • Beberapa game yang berjaya pada tahun-tahun ini adalah Super Mario 64, Tekken, Metal Gear Solid, Virtua Fighter, dan Final Fantasy VII. Kesemuanya telah mengimplementasikan teknologi 3D ke dalam game dan menjadi standar pembuatan game saat ini.
  • Tahun 1999 Sega mengeluarkan konsol terbarunya, Dreamcast. Konsol unik ini memiliki fitur game online, dan merupakan konsol game 128-bit pertama.
  • Pada tahun 2001, Sony menggeber PS2, disusul Nintendo dengan GameCube. Kali ini, keduanya menuai kesuksesan yang hampir berimbang, meskipun PS2 masih menduduki peringkat teratas. Pada era ini, Nintendo mengeluarkan dua konsol genggam, yaitu Gameboy Advance dan Nintendo DS, handheld terbaru Nintendo yang berlayar ganda dan memiliki fitur online serta touch sensitive. Sony pun mengeluarkan versi ekonomis dari PS, yaitu PSone. Lalu, mereka memproduksi handheld pertamanya, PlayStation Portable (PSP) yang hingga saat ini terus membayangi kesuksesan Nintendo DS. Game-game pada generasi ini sudah dapat disejajarkan dengan film. Selain animasi dan tata grafis yang memukau, pemain juga dapat menikmati tema lagu dan soundtrack seperti halnya film layar lebar.
  • Tak hanya game konsol, game PC pun semakin berkembang. Yang paling nyata terlihat adalah munculnya berbagai game online, seperti Ragnarok Online (2003), Pangya, Final Fantasy XI, dan lain-lain.
  • Yang terkini adalah persaingan antara Microsoft dengan XBox 360, sementara itu Sony dan Nintendo telah bersiap dengan PS3 dan Wii.
Di Indonesia, perkembangan game sendiri sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dari perkembangan teknologi informasi yang lain. Saat di Indonesia sudah mulai masuk teknologi terbaru (misalnya televisi hitam-putih), yang tentu saja langsung menjadi tren, di dunia sudah muncul teknologi terbaru (televisi berwarna). Dalam hal game ini pun demikian.
Saat di dunia booming Arcade (mesin game coin), yang merupakan cikal bakal game konsol dan game PC seperti yang sudah saya paparkan di atas, sekitar tahun 1972-an, di Jakarta arcade pun juga muncul walau hanya di hotel-hotel mewah sebagai pelengkap lobi dan café. Baru setelah peminatnya semakin banyak, bisnis arcade mulai dilirik para bisnismen Indonesia dan merambah ke tempat-tempat umum seperti tempat-tempat perbelanjaan.
Tempat-tempat ini menjadi ajang bermain para gamer dan sekarang banyak yang sudah berkembang menjadi tempat arcade game modern. Sampai sekarang, arcade modern yang didominasi Sega dan Namco ini tumbuh dengan pesat seperti di Time Zone dan Amazone. Walau peminatnya sekarang sudah sangat berkurang dibandingkan dulu karena, seperti yang terjadi di belahan dunia lain, tergeser oleh perkembangan game console yang harganya murah dan kualitas gambarnya lebih baik.
Sedangkan untuk konsol game, bisa dikatakan Indonesia baru mengikuti perkembangannya pada sekitar tahun 90-an. Saat masuknya era televisi berwarna, masuk pulalah konsol Nintendo dan Sony Playstation. Setelah itu perkembangan kedua konsol ini di Indonesia sendiri tidak jauh berbeda dengan perkembangan di dunia.
Game multiplayer (bermain lebih dari satu orang) juga berkembang pesat di game center Indonesia. Pada awalnya game multiplayer hanya mencakup LAN (local area network), seperti Counter Strike, Warcraft, dan Command and Conquer. Kemudian dengan semakin populernya teknologi internet, permainan tidak lagi secara lokal, melainkan online di seluruh dunia. Untuk online game ini, di Indonesia, berkembang di pertengahan 90-an saat game Nexia beredar. Kemunculannya tidak begitu fenomenal, dan hanya terbentuk komunitas-komunitas kecil. Online gaminggamers untuk saling bertukar pengalaman, strategi, tips dan trik atau hanya membuka wawasan sosial dengan orang lain dengan minat yang sama. Dari sini juga terbentuk komunitas online gaming menjadi sarana bagi para yang memiliki anggota yang sangat banyak. Tak hanya di Indonesia saja tetapi juga di belahan dunia lain.
Game-game online, seperti Ragnarok Online dan World of Warcraft menjadi pilihan para gamerRagnarok Online (RO), sebuah game yang diangkat dari komik berjudul sama. Game online ini tak hanya booming di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia karena menawarkan kekuasaan penuh atas karakter yang diciptakan. Pemain dapat menciptakan karakter sesuai dengan keinginan, bahkan memasukkan sifat-sifat pemain sendiri dalam karakter yang diciptakannya itu. Selain itu adanya kesempatan untuk bertemu dengan gamer lain adalah salah satu daya tariknya yang lain. Melalui RO kita dapat bermain dengan begitu banyak orang dan ‘berinteraksi’ dengan gamer lain dari belahan bumi manapun, asal juga memainkan RO disaat yang sama. Indonesia. Tetapi yang paling digandrungi adalah Perkembangan game sangat cepat seiring dengan perkembangan teknologi. Banyak perusahaan swasta Indonesia yang kemudian membeli lisensi game untuk dipasarkan di Indonesia. Ahli-ahli IT Indonesia atau yang hanya sekedar pecinta game saja pun tidak mau kalah untuk mengikuti perkembangannya. Hal ini dapat dilihat dari cukup tingginya antusiasme gamers Indonesia dalam events berbau game mulai dari lomba sampai workshop. Ada harapan pula bahwa anak-anak negeri kita tercinta ini akan dapat menciptakan game yang sekelas dengan ciptaan negeri produsen game seperti Jepang. Mewabahnya game di Indonesia juga menumbuhkan wabah baru, bisnis multiplayer game center. Targetnya adalah anak-anak, remaja, dan mahasiswa. Banyak dari mereka yang menghabiskan waktunya di game center untuk bermain hingga seringkali tidak mau diganggu oleh apapun. Bahkan untuk kebutuhan utama seperti makan dan minum pun terlupa bila sudah berada dalam dunia game ini. Sehingga kemudian muncullah suatu pemikiran: “apakah bermain game itu baik ataukah buruk?”
Banyak pemikiran seperti: bermain video game membuat orang terisolir, membuat orang ketagihan, mengganggu kesehatan, menimbulkan kekerasan, sampai membuat generasi muda bodoh (anggapan yang terakhir ini datang dari Profesor Ryuta Kawashima di Universitas Sendai`s Tokohu yang menyimpulkan bahwa "sound" dan "vision" game-game Nintendo dapat merusak sebagian otak).
Tetapi ada pula beberapa kalangan yang menganggap sebaliknya, yaitu bahwa bermain video game itu memiliki efek yang baik. Salah satunya adalah membuat orang pintar. Penelitian di Manchester University dan Central Lanchashire University membuktikan gamer yang bermain game 18 jam per minggu memiliki koordinasi yang baik antara tangan dan mata setara dengan kemampuan atlet. Juga diketahui kalau hardcore gamer punya daya konsentrasi tinggi yang memungkinkan mereka mampu menuntaskan beberapa tugas. Penelitian lain di Rochester University mengungkapkan bahwa anak-anak yang memainkan game action secara teratur memiliki ketajaman mata yang lebih cepat daripada mereka yang tidak terbiasa dengan joypad. NASA juga mengembangkan sistem biofeedback yang menggunakan game-game PS, seperti Spyro the Dragon dan Tony Hawk`s Pro Skater untuk meningkatkan daya konsentrasi pilot pesawat tempur. Perusahaan bernama Attention Builders memasarkan home version-nya sistem yang dikeluarkan NASA itu untuk meningkatkan kinerja otak.
Psikolog di Finland University juga menyatakan bahwa video game bisa membantu anak-anak dislexia untuk meningkatkan kemampuan baca mereka. Dialog-dialog dalam RPG-RPG kenamaan seperti Final Fantasy dan Phantasy Star dapat memacu otak gamer untuk mencerna cerita.
Beberapa profesor di Loyola University, Chicago telah mengadakan penelitian dalam komunitas game Counter Strike dan menurut mereka, game online dapat menumbuhkan interaksi sosial yang menentang stereotip gamer yang terisolasi. Sama juga dengan komunitas game RPG EverQuest dan Phantasy Star Online. Game-game ini menyediakan sarana interaksi sosial di kalangan anak remaja. Bermain video game juga dapat dipakai sebagai katarsis dalam mengusir stress. Pertempuran, senjata, dan darahnya juga palsu. Para peneliti di Indiana University menjelaskan bahwa bermain game dapat mengendurkan ketegangan syaraf. Berman video game juga terbukti dapat digunakan untuk pasien yang sedang mendapat terapi fisik. Dr. Mark Griffiths, psikolog di Nottingham Trent University yang melakukan penelitian mengenai sejauh mana manfaat game dalam terapi fisik, mengatakan bahwa Pengenalan video game dalam terapi fisik sangat menguntungkan. Beberapa game digunakannya untuk membentuk otot sampai melatih anak-anak yang menderita diabetes sebagai pelengkap pengobatan medis.
Tetapi menurut saya, apakah bermain game itu baik ataukah buruk semua kembali kepada setiap individu itu sendiri. Apapun itu bila sudah dapat dikatakan ‘kecanduan’, entah itu kepada rokok, televisi, juga game seperti yang saya bahas di sini, tentu saja memiliki dampak negatifnya sendiri. Semua hal pun saya rasa juga begitu. Bila mereka mau mengendalikan diri, berpikir dengan jernih, membagi waktunya dengan hal-hal lain yang juga harus mereka lakukan di dunia ini, saya pikir ketakutan-ketakutan akan dampak negatif itu akan bisa tertutup dengan dampak-dampak positif yang pastinya juga dapat muncul (seperti yang juga sudah di buktikan dalam penelitian-penelitian di atas). Terlepas apakah benar mereka maniak game sampai lupa waktu dan segalanya begitu bermain game, saya yakin itu bisa diatasi. Yah, asalkan gamers benar-benar mau berusaha untuk mengatasinya.


[terima kasih sebanyak-banyaknya untuk Pak Eko Ramaditya Adikara, banyak artikel anda yg saya copy habis-habisan ^^; juga blueshark dg artikelnya "Sejarah Arcade di Jakarta"; juga pada terminalinfo.blogspot.com dan www.kompas.com. terima kasih sekali lagi.....domo arigato gozaimasu ne...]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar